Cerita Rakyat Prabu Panggung Keraton adalah sebuah cerita rakyat dari
Jawa Barat yang menceritakan tentang seorang putri kerajaan yang sedang
mencari jodoh dengan syarat orang tersebut harus bisa memecahkan sebuah
teka-teki darinya.
Mau tahu seperti apa teka-teki yang diberikan seorang putri dan apa jawaban-nya, simak ceritanya berikut ini !.
Kerajaan Dayeuh Manggung Masanggrahan adalah sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh raja bernama Prabu Panggung Keraton.
Meski kecil namun kerajaan ini sangat makmur dan rakyatnya terjamin
kesejahteraannya. Sang prabu memiliki seorang adik perempuan yang sangat
cantik bernama Putri Rarang Purbaratna.
Masyarakat Dayeuh Manggung meyakini bahwa sang Putri adalah titisan
bidadari karena Putri Rarang Purbaratna memiliki paras yang sangat
jelita. Kecantikannya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Rambutnya
sehitam malam dan panjang bak mayang terurai.
Tubuhnya tinggi semampai dan dipercantik dengan kulit yang seperti mutiara. Matanya bening dan selalu berbinar seperti bintang.
Alisnya hitam melengkung seperti busur. Hidungnya mancung dan bibirnya
semerah delima. Kecantikannya semakin sempurna dengan sikap sang putri
yang baik hati dan selalu menebar senyumnya yang menawan.
Namun prabu Panggung Keraton sangat khawatir karena hingga usianya yang
sudah menginjak remaja, putri Rarang Purbaratna belum juga mendapatkan
jodoh. Maka suatu hari prabu Panggung Keraton memanggil adik
kesayangannya.
"Rayi putri, ada yang ingin kakang tanyakan kepada Rayi. Hal ini
menyangkut masa depan Rayi. Dan kakang harap rayi mau berterus terang
pada kakang," kata sang prabu.
"Mengenai apa kakang? " tanya sang putri.
"Rayi...Rayi sekarang sudah remaja dan kakang merasa sudah saatnya Rayi
mendapatkan jodoh. Kalau kakang boleh tahu, sudahkah ada pemuda pilihan
hatimu?" tanya prabu.
"Ampun kakang, Rayi memang sudah lama memikirkan hal ini, namun memang
Rayi belum tahu siapa yang akan menjadi jodoh Rayi. Bagi Rayi tidak soal
siapa yang akan menjadi pendamping Rayi. Asalkan dia bisa memenuhi
persyaratan Rayi, maka Rayi akan menerimanya apa adanya." tutur putri.
Hmmm...persyaratan apa Rayi?" tanya Prabu.
"Syaratnya hanyalah menjelaskan teka-teki dari Rayi!" kata putri.
"Apa bunyi teka-tekinya?" tanya prabu.
"Begini:
Teras kangkung hati bitung
Bekas itik dalam lubuk
Bekas angsa pada bantar
Bekas semut di atas batu
Daun padi kering menjarum
Sisir kecil tanduk kucing
Sisir besar tanduk kuda
Kemben layung kasunten
Berhiaskan bianglala
Tulis langit gurat mega
Panjangnya seputar jagat
Intan sebesar buah labu...
Begitulah bunyinya" kata sang putri.
Keesokan harinya Prabu Panggung Keraton mengirim ratusan utusan yang
disebar ke seluruh negeri, bahkan juga ke negeri-negeri yang jauh.
Maka tidak berapa lama halaman istana sudah dipenuhi ribuan pemuda dan
bahkan pria-pria tua yang ingin mengikuti sayembara. Sayangnya tidak
satupun dari mereka yang bisa memecahkan teka-teki tersebut.
Beberapa hari kemudian banyak Raja-Raja dari negeri tetangga yang sudah
mendengar mengenai kabar kecantikan putri Rarang Purbaratna mulai
berdatangan. Namun mereka juga gagal. Salah seorang Raja yang juga gagal
bernama Prabu Gajah Menggala dari kerajaan Kuta Genggelang.
Prabu Gajah Manggala sangat kecewa dengan kegagalannya. Dia bersumpah
akan menyerang kerajaan Dayeuh Manggung jika suatu hari nanti putri
Rarang Purbaratna menemukan jodohnya.
Sementara itu Pangeran Munding Larik dari kerajaan Pakuan Pajajaran yang
sudah berhari-hari mengembara di lautan, tanpa sengaja terdampar di
kerajaan Dayeuh Manggung. Pangeran Munding Larik adalah seorang pemuda
yang sangat tampan dan gagah.
Dia melakukan pengembaraan dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman
sebelum dia naik tahta menggantikan ayahandanya yang sudah sepuh. Selain
itu ibundanya juga berharap Pangeran Munding Larik akan menemukan jodoh
di perjalanannya itu. Ayahandanya membekali pangeran Munding Larik
dengan sebuah gambar bernama Nusa Tiga Puluh Tiga - Bengawan Sewidak
Lima.
Menurutnya di sanalah nanti pangeran Munding Larik akan bertemu
jodohnya. Pangeran juga dibekali dengan sebuah senjata bernama Senjata
Sejuta Malang dan sebilah keris bernama Keris Gagak Karancang.
Pangeran dengan ditemani patihnya memutuskan untuk meneruskan perjalanan
lewat daratan. Setelah berjalan jauh akhirnya mereka sampai di sebuah
dataran tinggi. Iseng-iseng pangeran membuka gambar yang diberikan
ayahnya. Alangkah terkejutnya karena ternyata daerah tersebut sama
persis dengan gambar yang dipegangnya. Maka pangeran dan para
pengikutnya memutuskan untuk menemui Raja negeri tersebut.
Prabu Panggung Keraton dengan senang hati menerima kedatangan Pangeran
Munding Larik. Dijelaskannya bahwa negeri tersebut sedang mengadakan
sayembara untuk mendapatkan adik semata wayangnya. Pangeran Munding
Larik memutuskan untuk ikut sayembara tersebut dan ternyata bisa
memecahkan teka-teki sang putri dengan mudah.
Teras kangkung hati bitung
Bekas itik dalam lubuk
Bekas angsa pada bantar
Bekas semut di atas batu
Daun padi kering menjarum
Sisir kecil tanduk kucing
Sisir besar tanduk kuda
Kemben layung kasunten
Berhiaskan bianglala
Tulis langit gurat mega
Panjangnya seputar jagat
Intan sebesar buah labu...
"Artinya bahwa setiap ilmu kesejahteraan adalah jalan menuju
keselamatan. Itulah yang dinamakan kehampaan sejati. Yang berarti asal
yang sejati dan kehidupan yang sejati. Siapa pun yang sudah memahami hal
tersebut, maka tentunya akan bertemu dengan kesejahteraan dan
keselamatan. Dan itulah yang disebut dengan kesempurnaan sejati," tutur
pangeran Munding Larik.
Karena Pangeran berhasil menebak arti teka-teki tersebut, maka Pangeran
Munding Larik yang memenangkan sayembara tersebut dan berhak
mempersunting Putri Rarang Purbaratna. Maka segeralah digelar pesta
pernikahan besar-besaran. Seluruh rakyat negeri Dayeuh Mangung menyambut
gembira dan ikut berpesta di istana.
Tidak demikian halnya dengan para raja yang gagal mempersunting Putri
Rarang Purbaratna. Salah satunya Prabu Gajah Menggala. Dia berniat
melaksanakan sumpahnya untuk mengganggu ketentraman negeri Dayeuh
Manggung. Dia lalu pergi ke Goa Jotang untuk menemui siluman Jonggrang
Kalapitung yang terkenal sakti dan memintanya untuk menculik Putri
Purbaratna.
Tentu saja itu adalah hal mudah bagi siluman tersebut. Dengan mudah dia
menemukan kamar putri Rarang Purbaratna yang saat itu sedang tertidur
pulas. Namun begitu melihat kecantikan sang putri, Jonggrang Kalapitung
jatuh hati. Alih-alih menculik sang putri untuk dibawa ke tempat Prabu
Gajah Menggala, Jonggrang Kalapitung malah menyembunyikannya.
Prabu Panggung Keraton sangat marah mengetahui adiknya diculik. Dia
mengutus patihnya untuk menemui Prabu Gajah Menggala yang diyakini
sebagai dalang penculikan adiknya. Namun patihnya malah menemui ajal di
tangan Prabu Gajah Menggala. Maka Prabu Panggung Keraton memutuskan
untuk menghadapinya sendiri. Maka berangkatlah ia ke negeri Kuta
Genggaleng.
Saat bertemu mereka pun bertarung. Keduanya sama-sama sakti. Berbagai
jurus dan ilmu mereka keluarkan. Akhirnya menjelang sore, Prabu Gajah
menggala yang sudah kelelahan dapat dikalahkan oleh prabu Panggung
Keraton.
Dengan ketakutan Prabu Gajah Menggala memohon ampun dan berjanji akan
mengembalikan putri Rarang Purbaratna. Maka dia pun segera menemui
Jonggrang Kalapitung dan membawa kembali Putri Rarang Purbaratna ke
negerinya.
Namun rupanya Jonggrang Kalapitung yang sudah jatuh hati masih menyimpan
rasa sukanya kepada Putri Rarang Purbaratna. Maka beberapa bulan
kemudian saat sang putri sedang hamil tua, Jonggrang Kalapitung kembali
menculiknya.
Namun di perjalanan Putri Rarang Purbaratna melahirkan bayi kembar,
sehingga Jonggrang Kalapitung memutuskan untuk merubah dirinya menjadi
ular besar lalu menelan sang putri dan meninggalkan bayi kembarnya di
tengah hutan.
Prabu Panggung Keraton yang menyusul menemukan kedua bayi kembar
tersebut. Ajaib sekali, meski masih bayi mereka sudah bisa berlari-lari
sehingga sang prabu pun maklum bahwa mereka bukan bayi sembarangan.
Maka mereka bertiga pun segera mengejar ular besar yang menelan Putri
Rarang Purbaratna. Setelah melalui perkelahian yang sangat seru,
Jonggrang Kalapitung pun tewas tertebas keris pusaka Prabu Panggung
Keraton
Akhirnya mereka berhasil mengeluarkan Putri Rarang Purbaratna yang
ternyata masih hidup dari dalam perut ular siluman tersebut dan kemudian
mereka kembali ke negeri Dayeuh Manggung dan mereka pun hidup
berbahagia.
Pesan moral yang bisa kita petik dari cerita rakyat dari Jawa Barat yang
berjudul Prabu Panggung Keraton ini adalah janganlah menyimpan dendam
karena sebuah dendam tidak pernah melahirkan sebuah kebaikan tetapi
justru akan membawa malapetaka.
0 comments:
Post a Comment