Bisnis Toko Online 468x60

Kisah Sangkuriang

Sangkuriang menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Timun Mas

Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.

Cindelaras

Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya.

Si Kelingking

Kelingking pun merasa senang melihat istrinya bahagia karena mempunyai suami yang gagah dan tampan. Akhirnya, mereka pun hidup bahagia. Si Kelingking memimpin negerinya dengan arif dan bijaksana, dan rakyatnya hidup damai dan sejahtera.

Danau Toba

Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras.

Saturday, May 21, 2016

Jaka Budug dan putri Kemuning

Ada sebuah kerajaan bernama kerajaan Ringin Anom. Rajanya bernama Prabu Aryo Seto. Raja mempunyai seorang puteri bernama Putri Kemuning. Prabu Aryo Seto memerintah dengan bijaksana dan adil.
Maka kerajaan Ringin Anom terkenal tenteram, makmur, tidak pernah terjadi kekacauan. Namun Prabu Aryo Seto sangat masgul ketika puterinya Putri Kemuning terserang penyakit langka, keringat berbau tidak sedap. Sang Prabu berusaha sekuat tenaga mencari obat, mencari tabib agar sakit Putri Kemuning dapat tersembuhkan.
Berbagai upaya dilakukan seperti makan daun kemangi, beluntas, juga tidak berhasil. Usaha terakhir dilakukan Prabu Aryo Seto dengan bersemedi, meminta petunjuk Tuhan agar penyakit langka itu dapat tersembuhkan. Kemudian Prabu Aryo Seto melakukan semedi untuk memohon kepada Sang Pencipta akan kesembuhan puterinya, dalam semedi tersebut Sang Prabu mendapat wangsit yaitu cara menyembuhkan Sang Puteri dengan mengadakan sayembara berupa memetik daun Sirna Ganda yang tumbuh dalam gua di kaki gunung Arga Dumadi. Di dalam gunung tersebut dijaga seekor naga sakti dan selalu menyemburkan api dari mulutnya, "Barang siapa memetik buah tersebut dan dimakan Putri Kemuning, maka hadiahnya akan dijadikan sebagai menantu Sang Raja".

Seminggu setelah sayembara diumumkan, kerajaan Ringin Anom kebanjiran peserta saembara. Mereka menginginkan hadiah yang menggiurkan. Pada hari ketujuh, datanglah seorang pemuda buruk rupa yang menderita sakit budug. Karena penyakit itulah pemuda itu dinamakan Jaka Budug. Jaka Budug menghadap sang prabu dengan maksud membantu menyembuhkan penyakit langka Putri Kemuning.

Setelah melihat keadaan Putri Kemuning, Jaka Budug mohon diri untuk melanjutkan tugas mengambil daun Sirna Ganda. Dari kejauhan, Jaka Budug telah dapat melihat semburan api dari mulut naga sakti penjaga pohon Sirna Ganda. Jaka Budug dengan gesitnya memaikan pedang yang dibawanya mengenai badan ular naga. Badan ular naga yang terkena goresan pedang mengeluarkan darah dan darah itu mengenai badan Jaka Budug. Anehnya badan Jaka Budug seketika menjadi halus dan bersih dari penyakit Budug. Melihat tubuh dirinya bersih, Jaka Budug berjuang keras untuk membunuh ular naga sakti.

Dengan kemampuan dan kelincahan Jaka Budug, akhirnya Naga Sakti mati terbunuh. Pedang menancap pada leher ular dan darah memancar dengan derasnya. Jaka Budug langsung mencuci wajahnya dan membasahi seluruh tubuhnya dengan darah ular naga tadi. Seketika badan Jaka Budug bersih, tanpa ada bekas dari penyakit yang dideritanya. Setelah ular naga mati, Jaka Budug segera mengambil beberapa lembar daun Sirna Ganda, lalu dipersembahkan kepada Prabu Aryo Seto.

Jaka Budug kemudian menceritakan pengalamannya sewaktu melawan ular naga sakti. Mendengar cerita itu, Prabu Aryo Seto merasa senang sekali. Putri Kemuning makan daun Sirna Ganda, sehabis makan terjadi suatu keajaiban. Putri Kemuning menjadi sehat kembali. Kini bau keringat Putri Kemuning kembali harum. Sesuai dengan janji Prabu Aryo Seto maka Jaka Budug diambil menantu, dipersuntingkan dengan Putri Kemuning. Jaka Budug dan Putri Kemuning hidup bahagia sebagai pewaris tahta.

Wednesday, May 18, 2016

Asal Usul Nama Kota Surabaya

Dahulu kala, di lautan nan luas (tepatnya di Laut Jawa), hiduplah 2 hewan buas yang sama-sama angkuh dan tak mau kalah. Kedua hewan tersebut adalah ikan hiu sura dan seekor buaya. Karena tinggal berdampingan, dua hewan tersebut sering berselisih dan berkelahi ketika memperebutkan makanan. Karena sama-sama kuat, tangkas, ganas, dan sama-sama cerdik, perkelahianpun terus berlangsung karena tidak ada yang bisa menang dan tidak ada yang bisa kalah. Pada akhirnya, kedua hewan tersebut merasa bosan dan lelah jika harus terus berkelahi. Menyadari hal itu keduanya kemudian sepakat mengadakan perjanjian tentang
pembagian area kekuasaan. 
Hai Buaya, lama-lama aku bosan berkelahi denganmu." kata ikan hiu Sura. "Hmm, Aku juga, Sura. Lalu, apa yang mesti kita lakukan supaya perkelahian kita ini bisa berhenti?" tanya Buaya. "Untuk mencegah terjadinya perkelahian lagi di antara kita, alangkah baiknya jika kita membagi daerah ini menjadi 2 daerah kekuasaan. Aku berkuasa di dalam air dan hanya bisa mencari mangsa di dalam air, sedang engkau barkuasa di daratan dan dengan begitu mangsamu harus pula yang ada di daratan. Lalu, sebagai batasnya, kita tentukan lebih dulu yaitu tanah yang dapat dicapai air laut pada saat pasang surut!" "Oke, aku setujui dengan gagasanmu itu, Sura!" kata Buaya sambil mengangguk. Dengan adanya perjanjian tersebut, untuk beberapa saat ikan hiu Sura dan buaya tak pernah berkelahi lagi. Keduanya sepakat untuk saling menghormati wilayah kekuasaannya masing-masing. Namun, setelah waktu berselang begitu lama, ikan-ikan yang menjadi mangsa hiu sura mulai habis dilautan. Sebagian ikan yang tersisa justru bermigrasi ke arah muara sungai Brantas karena takut dimangsa si hiu Sura. Menyadari hal itu, ikan hiu sura terpaksa dengan sembunyi-sembunyi mulai mencari mangsanya di muara sungai agar tidak ketahuan oleh buaya. Namun tanpa disadari si buaya ternyata mengetahui tingkah si hiu sura dan langsung menyerangnya. cerita rakyat asal usul Surabaya " Sura, kenapa kau melanggar perjanjian yang sudah kita berdua sepakati? Kenapa kamu berani-beraninya memasuki wilayah sungai yang adalah daerah kekuasaanku?" tanya si Buaya. "Eits... Aku melanggar perjanjian? Ingatkah engkau akan bunyi perjanjian kita? Bukankah sungai ini berair? Dan karena ada airnya, jadi sungai ini juga termasuk daerah kekuasaanku, bukan?" Kata Sura mengelak. "Apa maksudmu Sura? Bukankah sungai itu berada di darat, sedang daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu termasuk daerah kekuasaanku!" jawab Buaya ngotot. "Ohh... Tidak bisa. Bukankah aku tidak pernah sekalipun mengatakan kalau air itu hanya air laut? Bukankah pula air sungai itu ait" jawab Hiu Sura. "Hmm... Rupanya sengaja kau mencari gara-gara denganku, Sura?" hentak Buaya. "Tidak!! Ku kira alasanku sudah cukup kuat dan aku ada dipihak yang benar!" elak Sura. "Kau memang benar-benar sengaja mengakaliku Sura. Aku tidaklah sebodoh yang engkau kira!" jawab Buaya mulai marah. "Aku tak peduli kau pintar atau bodoh, yang jelas sungai dan laut merupakan daerah kekuasaanku!" serang Sura tak mau mengalah. Adu mulut antara Sura dan Baya pun berakhir dengan perkelahian yang sengit. Perkelahian kali ini menjadi sangat seru dan dahsyat karena keduanya merasa sama-sama tidak salah. Mereka saling menggigit, menerjang, memukul, dan menerkam. Dan dalam waktu sekejap, air sungai disekitarnya tempat perkelahian itu menjadi merah karena darah yang keluar dari luka kedua binatang itu. Mereka bertarung dengan mati-matian. Buaya mendapat gigitan Sura di ujung ekor sebelah kanan, sehingga ekor tersebut selalu membengkok ke kiri. Sedangkan Sura tergigit ekornya hingga nyaris putus. Karena sama-sama sudah terluka parah, keduanya kemudian berhenti berkelahi. Ikan surapun mengalah ddan akhirnya kembali ke laut. Buaya yang menahan sakitnya pun merasa puas karena telah mampu mempertahankan daerah kekuasaannya. cerita rakyat asal usul Surabaya Tak berselang lama diketahui diketahui bahwa kedua hewan tersebut ternyata mati karena luka yang cukup parah dari bekas perkelahian. Dan untuk mengenangnya, penduduk sekitar menyatakan  untuk memberi nama Surabaya pada daerah disekitar tempat perkelahian antara ikan Sura dan Buaya tersebut.

Sunday, May 15, 2016

Damar Wulan

Diceritakan pada awalnya Damar Wulan mengabdi sebagai tukang rumput kepada Patih Loh Gender dari Majapahit. Karena kepandaian damar wulan, Damar Wulan diangkat sebagai abdi andalan Patih Loh Gender, dan sang patih memiliki seorang putri yang bernama Anjasmara putri yang kemudian jatuh cinta pada damar wulan karena ketampanannya..
Suatu ketika Damar Wulan mendapat mandat tugas dari raja putri Majapahit, yaitu Ratu Kencana Wungu, untuk menyamar dalam rangka mengalahkan Menak Jinggo si penguasa Blambangan yang bermaksud ingin memberontak kepada kerajaan Majapahit.
Damar Wulan yang tampan dengan dapat menarik perhatian selir-selir Menak Jinggo, yaitu Waeta dan Puyengan. Dengan bantuan mereka, Damar Wulan berhasil memperoleh senjata sakti gada Wesi Kuning milik Menak Jinggo. Menak Jinggo kemudian berhasil dikalahkan dan Damar Wulan menjadi pahlawan. Ia memboyong kedua selir tersebut, serta pada akhirnya juga mempersunting sang raja putri Majapahit.