Bisnis Toko Online 468x60

Sunday, January 17, 2016

Joko Seger dan Roro Anteng, Legenda Gunung Bromo


Alkisah,terdapat seseorang raja Majapahit yang meninggalkan negerinya bersama permaisurinya dan beberapa pengikutnya karena kalah melawan putranya sendiri.Mereka pergi ke lereng Gunung Bromo dan membangun sebuah rumah sederhana sebagai tempat tinggal mereka. Pada suatu hari sang permaisuri melahirkan anak keduanya. Bekas Raja Majapahit itu gelisah menunggu istrinya yang sedang melahirkan anaknya di luar rumah. Pada tengah malam,akhirnya anaknya berhasil dilahirkan. Anak yang dilahirkan itu perempuan. Sang Raja lalu melihat anaknya 

“Dinda, anak kita perempuan”.Tetapi,terdapat keanehan pada bayi itu karena bayi itu tidak menangis seperti bayi pada umumnya “Benarkah Adinda melahirkan, mengapa tidak ada suara tangisan bayi?”pikir sang permaisuri. 

“Betul Adinda, anak kita telah lahir. Lihat, ia terlihat tenang,tidak menangis. Dia terlahir dengan normal dan sehat. Mukanya terlihat tampak bersinar. Karena ia terlihat tenang dan diam, maka aku akan menamakannya Roro Anteng”ucap Sang Raja sembari menunjukkan bayi itu kepada istrinya.

Tidak jauh dari tempat itu, terdapat sebuah rumah sederhana yang ditinggali oleh sepasang suami istri. Sang Suami merupakan seorang Brahmana. Pada saat yang bersamaan, sang istri Brahmana melahirkan seorang bayi laki-laki. Bayi itu menangis dengan suara yang amat keras. Karena bayi itu menangis dengan suara yang amat keras maka bayi itu dinamakan Joko Seger yang artinya laki-laki berbadan segar “Istriku, anak kita menangis dengan suara yang amat keras. Karena itu aku akan menamakan bayi ini Joko Seger”.

Tahun demi tahun telah berlalu. Kedua anak itu tumbuh menjadi dewasa. Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik, sedangkan Joko Seger tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan perkasa. Karena kecantikkan Roro Anteng, banyak pemuda yang datang untuk meminangnya. Tapi tak satupun lamaran yang diterima olehnya karena dia telah menjalin kasih dengan Joko Seger dan ia berjanji tidak akan mau menyukai orang lain karena kesetiaan cintanya kepada Joko Seger.

Berita tentang kecantikan Roro Anteng sampai kepada seorang raksasa yang tinggal di hutan lereng Gunung Bromo yang bernama Kyai Bima. Mendengar kabar itu,ia langsung datang ke rumah tempat tinggal Roro Anteng untuk meminangnya “Hai Roro Anteng, apakah kamu mau menerima pinanganku?”.Roro Anteng dan keluarganya kebingungan. Bila tidak diterimanya,nanti dusun mereka akan dihancurkan olehnya beserta isinya. Joko Seger tidak bisa tak bisa berbuat apa-apa karena ia tidak bisa menandingi kesaktian Kyai Bima. Roro Anteng pun berpikir keras “Kalau aku tidak menerimanya, nanti Bima akan marah”.”Roro Anteng, jawablah pertanyaanku Roro!”ucap Kyai Bima.Akhirnya, Roro Anteng mendapat ide.

Ia menolak pinangan Kyai Bima dengan cara yang halus, yaitu mengajukan satu persyaratan kepada Kyai Bima. Syarat yang diajukannya itu ia pikir tidak akan bisa dilakukan oleh Kyai Bima. “Hai Bima, aku menerima pinanganmu dan menjadi istrimu!”.”Ha Ha Ha….Baiklah”ucap Kyai Bima dengan suaranya yang menggelegar.”Hai Bima, aku menerimanya,Tetapi aku mengajukan syarat kepadamu!”.”Apa syaratnya?”tanya Kyai Bima dengan suara yang keras. Roro Anteng yang mendengar suaranya menjadi gugup, tetapi ia berusaha agar tampak tenang.Roro Anteng kemudian berkata “Aku mau engkau untuk membuatkanku danau diatas Gunung Bromo itu,tetapi hanya dalam waktu semalam!”perintah Roro Anteng sambil menunjukkan tempat yang dimaksud.

“Ha Ha Ha…kalau itu maumu, aku akan melakukannya, itu sangat mudah bagiku!”jawab Kyai Bima dengan nada angkuh.”Tetapi, Bima,kau harus bisa menyelesaikannya sampai waktu ayam berkokok!”ucap Roro Anteng. Kyai Bima lalu pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh Roro Anteng tadi untuk membuat danau di tempat itu. Dengan menggunakan batok (tempurung) kelapa yang besar, Kyai Bima dengan percaya diri dan mengumpulkan segenap kekuatannya mengeruk tanah. Hasil kerukan itu akan diisi air agar menjadi danau. Hanya beberapa kali kerukan, Kyai Bima berhasil membuat lubang besar.Kyai Bima mengeruk tanah tanpa mengenal lelah.Roro Anteng pun menjadi cemas melihat Kyai Bima sudah membuat lubang yang besar “Aduh, bagaimana ini, raksasa itu benar-benar sakti? Pasti nanti pagi danau itu sudah selesai. Bagaimana caranya agar aku dapat mengalahkannya?”.

Setelah lama berpikir, akhirnya ia menemukan ide. Ia membangunkan para penduduk desa, termasuk tetangga dan keluarganya. Lalu Roro Anteng menyuruh kaum perempuan untuk menumbuk padi di lesung ,sedangkan kaum Laki-Laki ia suruh untuk membakar jerami disebelah timur agar kelihatan fajar telah terbit “Wahai saudara-saudaraku,aku meminta kalian agar menciptakan suasana pagi. Hai kaum perempuan, aku perintahkan kau untuk menumbuk padi. Dan kau kaum laki-laki,  aku perintahkan engkau untuk mengumpulkan jerami dan dibakar disebelah Timur agar terlihat seperti matahari terbit”.”Baiklah Roro Anteng,kami akan melakukannya”.Lalu, kaum laki-laki dan perempuan mengerjakan tugas yang diberikan oleh Roro Anteng.

Cahaya kemerah-merahan segera muncul dari arah Timur, disusul dengan suara lesung yang bersahutan. Ayam pun terbangun dan berkokok. Kyai Bima yang menyangka pagi sudah datang pun kesal karena pekerjaannya tidak selesai dan tidak bisa menikahi Roro Anteng “Sial!pagi sudah tiba. Sementara pekerjaanku tidak selesai. Aku tidak bisa menikahi Roro Anteng”seru Kyai Bima dengan kesal. Kyai Bima lalu meninggalkan tempat itu. Tempurung yang dipegangnya dilemparkan dan bertelungkup di tanah.Tempurung itu kemudian berubah menjadi sebuah gunung yang dinamakan Gunung Batok. Jalan yang dilalui Kyai Bima berubah menjadi sebuah sungai yang sampai sekarang dapat dilihat di hutan pasir Gunung Batok. Sedangkan danau yang belum selesai dibuat oleh Kyai Bima berubah menjadi kawah yang sampai sekarang masih bisa dilihat di kawasan Gunung Bromo.

Roro Anteng dan Joko Seger menjadi senang. Tak berapa lama kemudian, mereka berdua menikah dan tetap tinggal di lereng Gunung Bromo. Mereka kemudian membuka desa baru. Desa itu kemudian mereka namakan dengan nama Tengger. Nama ini merupakan gabungan dari nama mereka berdua, Roro An(teng) dan Joko Se(ger). Mereka pun hidup bahagia.

Setelah bertahun-tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai anak. Karena itu,terjadi keresahan di hati mereka berdua “Dinda, sebenarnya sudah bertahun-tahun kita menjadi suami istri,tetapi mengapa kita belum dikaruniai anak? Padahal kita sudah mencoba berbagai jenis obat”ucap Joko Seger.”Sabarlah Kanda,mungkin nanti kita akan dikaruniai anak. Janganlah cepat berputus asa. Serahkan saja semuanya kepada dewa”ucap istrinya untuk menenangkan hati suaminya. Joko Seger pun bersumpah “Aku bersumpah,bila kita dikaruniai 25 orang anak, salah satu dari anak kita akan ku persembahkan sebagai sesajen di kawah Gunung Bromo!”.Setelah suaminya berucap seperti itu,tiba-tiba muncul api dari dalam tanah di kawah Gunung Bromo. Itu pertanda bahwa doa mereka didengar oleh Dewa. Mereka pun senang dan berterima kasih “Terima Kasih Dewa, terima kasih karena engkau telah mendengarkan permintaan kami.Kami akan menepati janji kami”.

Tak berapa lama kemudian setelah itu,Roro Anteng diketahui mengandung. Mereka bertambah senang dan bahagia karena saat yang ditunggu-tunggu tiba. Sembilan bulan kemudian, Roro Anteng melahirkan seorang bayi kembar laki-laki. Ada yang kembar dua, tiga, hingga anak mereka menjadi 25. Kebahagiaan mereka bertambah. Setelah itu,Roro Anteng tidak melahirkan lagi. Mereka mengasuh dan mendidik ke- 25 anak mereka dengan ikhlas. Anak-anak mereka pun tumbuh menjadi dewasa.Nama anak yang paling bungsu adalah Jaya Kusuma. Karena terlena dalam kebahagiaan, Joko Seger menjadi lupa akan janjinya untuk mempersembahkan salah satu anaknya untuk menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo.

Pada suatu malam, ketika Joko Seger tidur, Dewa menegurnya agar menepati janjinya untuk mempersembahkan salah satu anaknya untuk menjadi sesajen di Gunung Bromo melalui mimpi “Wahai Joko Seger tepatilah janjimu untuk mempersembahkan salah satu anakmu untuk menjadi sesajen di Gunung Bromo!”.Joko Seger pun tersentak kaget dan terbangun.”Aduh,bagaimana ini?Siapa diantara putra putriku yang harus aku persembahkan?Aku sangat menyayangi mereka semua”’Joko Seger yang masih dalam keadaan gelisah pun melanjutkan tidurnya

Pada Keesokan harinya,Saat pagi hari,Joko Seger bangun dari tidurnya.Joko Seger pun mulai gelisah karena ia belum menepati janjinya.Makin hari ia semakin gelisah karena belum menepati janjinya.Akhirnya ia ingin menceritakan semuanya kepada anak-anaknya “Apa aku harus membicarakan ini kepada anak-anakku?mudah-mudahan saja ada salahsatu dari mereka yang mau menjadi persembahan”.

Joko Seger dan isrinya kemudian mengumpulkan anak-anaknya dalam sebuah pertemuan keluarga.Ia menjelaskan janjinya yang pernah ia ucapkan “Anak-anakku,Ayah sebenarnya mempunyai sebuah janji yang melibatkan kalian”.”Janji apakah itu ayahku?”tanya anak-anaknya.”Sebelum kalian lahir,Ayah dan Ibumu ini sudah lama tidak dikaruniai anak.Padahal Ayah dan Ibumu ini sudah banyak berdoa dan berusaha.Karena Ayah dan Ibumu ini tidak juga dikaruniai anak,maka Ayah mengucapkan sebuah janji yaitu bila Anak ayah ada 25,salah satu dari mereka harus ada yang dipersembahkan menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo”jawab Joko Seger sambil menjelaskan.”Lalu,apakah yang melibatkan kami Ayahku?”tanya anak-anaknya.”Apakah salahsatu dari kalian ada yang mau menjadi persembahan di kawah Gunung Bromo?”tanya Sang Ayah.”Ayahandaku,apakah ayahanda tega mengorbankan anak ayahanda sendiri,mengapa ayah berjanji seperti itu?Apakah ayahanda tidak sayang dengan kami?”tanya salahsatu anaknya.



“Bukan begitu anakku,aku hanya ingin dikaruniai anak,sehingga ayahmu ini berjanji demi dikaruniai anak.Ayah itu sangat sayang dengan kalian semua,jadi ayah tidak tega untuk mempersembahkan salahsatu dari kamu semua menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo”ucap ayahnya kepada anak-anaknya.”Ampun Ayahanda,Ananda Pokoknya aku tidak mau menjadi persembahan di Gunung Bromo.Kami tidak ingin mati muda Ayahanda”ucap si Sulung.”Iya,kami tidak mau mati dibakar oleh panasnya kawah Gunung Bromo!”ucap putra-putrinya,kecuali si Jaya Kusuma.”Ayahanda,Ibunda,aku mau dipersembahkan menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo ayahanda,demi ketenangan ayahanda.Ananda sangat menginginkan bahwa Ayahanda itu bahagia.Biarlah Ananda yang dipersembahkan ke kawah Gunung Bromo”ucap si bungsu,Jaya Kusuma.Mendengar perkataan Kusuma,semuanya menjadi sedih.”Jaya Kusuma anakku,mengapa kamu berani untuk kami persembahkan menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo?Sedangkan kakak-kakakmu tak berani melakukannya”ucap Joko Seger.”Ananda akan melakukan apa saja,termasuk dikorbankan,demi keselamatan penduduk Tengger dan Ayahanda,Ibunda,serta kakak-kakakku.Sekarang,ijinkanlah aku pergi ke kawah Gunung Bromo”ucap Jaya Kusuma.

Jaya Kesuma lalu berpamitan kepada kedua orangtuanya “Ayahanda,Ibunda,Ananda akan pergi ke kawah Gunung Bromo.Ananda hanya meminta restu dan doa kalian.Kirimlah hasil ladang ke Ananda dengan menceburkannya ke kawah Gunung Bromo pada setiap terang bulan,tanggal 14 bulan Kasadha.Ananda akan pergi ke kawah sekarang.”Tunggu Kusuma,kami akan ikut ke kawah dan mengajak semua penduduk mengantarmu ke kawah”ucap Joko Seger.Joko Seger lalu memanggil seluruh penduduk Tengger.Setelah itu,Joko Seger,keluarga,dan para penduduk Tengger beserta Jaya Kusuma pergi ke kawah Gunung Bromo.Setelah sampai,Jaya Kesuma menyampaikan pesan kepada rakyat Tengger “Aku akan menceburkan diri kedalam kawah demi ketentraman Rakyat Tengger disini.Kirimkanlah aku hasil ladang pada saat terang bulan,yaitu pada tanggal ke 14 bulan Kasadha.”ucap Jaya Kusuma.Setelah berucap seperti itu,ia menceburkan diri kedalam kawah Gunung Bromo.Tak ada rasa takut yang muncul dari wajahnya.”Jaya Kusuma….Anakku”seru ayahnya dari atas kawah.

Untuk mengenang peristiwa itu,para rakyat Tengger melakukan perintah yang pernah diucapkan Jaya Kusuma saat akan menceburkan diri kedalam kawah,yaitu mengirimkan hasil ladang pada tanggal ke 14 bulan Kasadha dengan menceburkannya kedalam kawah tempat Kusuma menceburkan diri.Hal ini terus dilakukan sampai sekarang dan menjadi sebuah tradisi yang dilakukan masyarakat Tengger.Tradisi ini kemudian dinamakan Tradisi Kasadha.



0 comments:

Post a Comment