Bisnis Toko Online 468x60

Sunday, February 7, 2016

Legenda Reog Ponorogo

Dahulu kala ada seorang puteri yang cantik jelita bernama Dewi Sanggalangit. Ia puteri salah satu raja yang terkenal di Kediri. Karena wajahnya yang cantik jelita dan sikapnya yang lembut, banyak pangeran dan raja-raja ingin meminangnya untuk dijadikan sebagai istri.

Namun sayangnya Dewi Sanggalangit belum memiliki keinginan untuk berumah tangga sehingga membuat pusing kedua orang tuanya. Padahal kedua orang tuanya sudah sangat mendambakan seorang cucu ditengah-tengah keluarga mereka.

"Anakku, sampai kapan kau menolak setiap pangeran yang datang melamarmu?" Tanya raja pada suatu hari.
"Ayahanda, sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun jika ayahanda sangat mengharapkan hamba untuk menikah, baiklah. Tapi hamba meminta syarat, suami hamba harus memenuhi keinginan hamba".
"Lalu apa keinginanmu?"
"Hamba belum tahu.."
"Lho, kok aneh??" sahut baginda.
"Hamba akan bersemedi terlebih dahulu untuk meminta petunjuk Dewa. Setelah itu hamba akan menghadap ayahanda untuk menyampaikan keinginan hamba."

Demikianlah, lalu Dewi Sanggalangit bersemedi selama tiga hari tiga malam memohon petunjuk sang Dewa. Lalu pada hari ke empat ia menghadap ayahandanya.

"Ayahanda, calon suami hamba harus mampu menghadirkan sebuah tontonan yang menarik. Tontonan atau pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya. Semacam tarian yang diiringi tabuhan dan gamelan, dilengkapi dengan barisan kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor yang nantinya akan dijadikan sebagai pengiring pengantin. Terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala dua.

"Wah berat sekali syaratmu itu..!!" Sahut baginda.

Meski berat, namun syarat itu tetap diumumkan kepada rakyat-rakyatnya, tak terkecuali raja-raja dan pangeran dari negeri tetangga dan seberang.

Para pelamar yang tadinya menggebu-gebu unuk memperistri Dewi Sanggalangit banyak yang ciut nyalinya dan akhirnya mereka mengundurkan diri karena merasa syarat yang harus dipenuhi sangat mustahil dan berat.

Akhirnya tinggal dua orang saja yang tersisa dan menyatakan siap dan sanggup untuk memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja Kelana Swandana dari Kerajaan Bandarangin.

Baginda Raja sangat terkejut mendengar kesanggupan kedua raja itu. Sebab raja Singabarong adalah manusia yang aneh, ia seorang manusia berkepala harimau. Wataknya buas dan kejam. Sedangkan Kelanaswandana adalah seorang raja yang berwajah tampan dan gagah, namun punya kebiasaan aneh. Suka pada anak laki-laki. Anak laki-laki dianggapnya sebagai gadis-gadis cantik.

Namun semua sudah terlanjur, Dewi Sanggalangit tidak bisa menggagalkan persyaratan yang telah diumumkannya.

Raja Singabarong bertubuh besar dan tinggi. Dari bagian leher ke atas berwujud harimau yang menyeramkan. Berbulu lebat dan dipenuhi dengan kutu-kutu. Itulah sebabnya ia memelihara seekor burung merak yang rajin mematuki kutu-kutunya.

Raja Singabarong telah memerintahkan kepada para abdinya untuk mencarikan kuda-kuda kembar. Mengerahkan para seniman untuk menciptakan sebuah tontonan yang menarik dan mendapatkan seekor binatang berkepala dua.. Namun pekerjaan tersebut ternyata tidak mudah. Kuda kembar sudah bisa dikumpulkan, namun tontonan dengan kreasi yang baru belum juga tercipta, demikian pula dengan binatang berkepala dua belum juga bisa didapatkan.

Maka pada suatu hari ia memanggil patihnya yang bernama Iderkala. Ia diutus oleh Raja Singabarong untuk menyelidiki kesiapan dari pesaingnya, Kelanaswandana. Patih Iderkala dan beberapa prajurit terlatihnya segera berangkat menuju kerajaan Bandarangin dengan menyamar sebagai seorang pedagang. Setelah mereka melakukan penyelidikan dengan seksama selama beberapa hari, mereka kembali ke Lodaya.

"Ampun Baginda. Kiranya si Kelanaswandana hampir berhasil mewujudkan permintaan Dewi Sanggalangit. Hamba melihat lebih dari seratus kuda dikumpulkan. Mereka juga telah menyiapkan tontonan yang  menarik dan sangat menakjubkan." Patik Iderkala melaporkan.

"Wah Celaka..!! Kalau begitu, sebentar lagi dia dapat merebut Dewi Sanggalangit sebagai istrinya." Kata Raja Singabarong."Lalu bagaimana dengan binatang berkepala duanya?? Apa mereka juga sudah siapkan??"

"Hanya binatang itulah yang belum mereka siapkan Baginda, tapi nampaknya sebentar lagi mereka dapat menyiapkannya" Sambung Patih Iderkal.

"Patih Iderkala, mulai siapkan prajurit pilihan yang terbaik dengan persenjataan yang lengkap. Setiap saat mereka harus siap diperintah untuk menyerbu ke Bandarangin.

Demikianlah, Raja Singabarong ingin bermaksud untuk merebut hasil usaha keras Raja Kelanaswandana. Setelah mengadakan persiapan yang matang, Raja Singabarong memerintahkan beberapa mata-matanya untuk menyelidiki perjalanan yang ditempuh Raja Kelanaswandana dari Wengker menuju Kediri. Rencananya Raja Singabarong akan menyerbu mereka diperjalanan dan merebut hasil usaha Raja Kelanaswandana untuk diserahkan sendiri kepada Dewi Sanggalangit.

Namun, Rencana Raja Singabarong hancur karena semua mata-matanya berhasil ditangkap dan dibunuh oleh prajurit kerajaan Bandarangin karena kedok mereka terbongkar.

Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan dari prajurit mata-matanya yang di kirim ke kerajaan Bandarangin nampak gelisah. Ia segera memerintahkan kepada patih Iderkala untuk menyusul mereka ke perbatasan. Sementara ia sendiri pergi ke taman sari untuk menemui si burung merak, karena pada saat itu kepalanya terasa gatal sekali.

"Hai burung merak, cepat patukilah kutu-kutu dikepalaku!" Teriak Raja Singabarong menahan gatal.

Burung merak yang biasa melakukan tugasnya segera hinggap di bahu Raja Singabarong dan mulai mematuki kutu-kutu yang bertebaran di kepala Raja Singabarong. Karena Patukan-patukan yang nikmat dari Burung Merak itu, Raja Singabarong sampai tertidur pulas. Ia sama sekali tak mengetahui keadaan diluar istana. Karena tak ada prajurit yang berani melapor kepadanya.

Di luar istana pasukan Bandarangin telah menyerbu dan mengalahkan prajurit Lodaya. Bahkan patih Iderkala yang dikirim ke perbatasan telah tewas terlebih dahulu karena berpapasan dengan pasukan Bandarangin. Ketika pertempuran itu sudah merambat ke dalam istana dekat taman sari, barulah Raja Singabarong terbangun dari tidurnya karena mendengar suara ribut-ribut. Sementara si burung merak masih saja terus mematuki kutu-kutu di kepala Raja Singabarong. Jika dilihat secara sepintas dari depan Raja Singabarong terlihat seperti binatang berkepala dua yaitu berkepala harimau dan merak.

"Hai mengapa diluar sana ribut-ribut...!!!" Teriak Raja Singabarong marah.

Namun tak ada jawaban, kecuali berkelebatnya bayangan seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Raja Kelanaswandana.

Raja Singabarong terkejut sekali. "Hai Raja Kelanaswandana mau apa kau datang kemari..??"

"Jangan pura-pura bodoh!!" Sahut Raja Kelanawandana. "Bukankah kau hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit..!!"

"Hemm, jadi kau sudah tahu??" Sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.

"Ya, maka aku akan menghukum kamu!!"

Lalu Raja Kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya. Seketika kepala Raja Singabarong menjadi berubah. Burung merak yang tadinya hinggap di bahunya lalu menempel dan menyatu dengan kepala Raja Singabarong. Raja Singabarong marah bukan kepalang, lalu ia mencabut kerisnya dan meloncat untuk menyerang Raja Kelanaswandana. Namun Raja Kelanaswandana segera mengayunkan cambuk saktinya yang bernama Samandiman ke tubuh Raja Singabarong. Cambuk itu dapat megeluarkan hawa panas dan suaranya seperti halilintar.

Begitu terkena sabetan cambuk itu, Raja Singabarong terpental dan menggelepar-gelepar diatas tanah. Seketika tubuhnya terasa lemah dan berubah menjadi  binatang aneh, berkepala dua yaitu harimau dan merak. Ia tidak dapat berbicara dan akalnya pun hilang. Raja Kelanaswandana segera memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Singabarong dan membawanya ke negeri Bandarangin.

Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim utusan yang memberitahukan Raja Kediri bahwa ia segera datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Kediri langsung memanggil Dewi Sanggalangit.

"Anakku apa kau benar-benar bersedia menjadi istri dari Raja Kelanaswandana??"

"Ayahanda, apakah Raja Kelanaswandana sanggup untuk memenuhi semua persyaratan yang telah hamba sampaikan??"

"Tentu saja, Dia akan datang dengan semua persyaratan yang kau ajukan, masalahnya sekarang apakah kau tidak menyesal juga harus menjadi istri Raja Kelanaswandana??".

"Jika hal itu sudah menjadi jodoh, hamba akan menerimanya sebagai Suami hamba ayahhanda, dan hamba akan merubah kebiasaan buruk Raja Kelanaswandana yang suka kepada laki-laki itu."

Beberapa hari kemudian, Raja Kelana Suwandana pergi ke Kerajaan Kediri. Ia hendak melamar Dewi Sanggalangit. Iring-iringan panjang terlihat di belakang kudanya. Seratus empat puluh ekor kuda kembar yang ditunggangi pemuda-pemuda rupawan. Nampak pula sekelompok penari dan seekor binatang berkepala dua, yang tak lain adalah jelmaan Raja Singabarong.

Raja Kelana Suwandana disambut dengan meriah oleh seluruh rakyat Kediri. Kemudian ia dinikahkan dengan Dewi Sanggalangit. Untuk meramaikan upacara pernikahan itu, di alun-alun Kediri diadakan tari-tarian yang diiringi dengan berbagai tetabuhan. Tontonan itu kemudian dinamai reog. Karena asal reog dari Ponorogo maka reog itu disebut Reog Ponorogo.


0 comments:

Post a Comment