Bisnis Toko Online 468x60

Sunday, February 7, 2016

Legenda Atu Belah ( Batu Belah )

Kisah ini terjadi di Desa Penurun, Tanah Gayo, ratusan tahun yang silam. Dahulu kala, ada suatu keluarga miskin yang terdiri dari seorang ayah, ibu, seorang anak yang berumur tujuh tahun, dan seorang anak lain yang masih menyusu. Sang ayah ialah seorang petani. Di waktu senggang ia selalu berburu rusa di hutan. Di samping itu ia juga banyak menangkap belalang di sawah untuk dijadikan makanan, bila tidak berhasil memperoleh rusa buruan. Belalang itu dikumpulkan sedikit demi sedikit di sebuah lumbung padi yang kosong karena sedang musim paceklik. 

Pada suatu hari sang ayah pergi berburu rusa ke dalam hutan. Di rumah tinggal istri dan anak-anaknya. Waktu saat makan tiba, anak yang besar merajuk karena tidak ada ikan sebagai teman nasinya. Juga tidak tersedia lauk pauk lainnya di rumah itu. Peristiwa ini membuat hati ibunya sedih benar. 

Akhirnya, si ibu memerintahkan agar putranya mengambil belalang sendiri di dalam lumbung. Tatkala si anak membuka pintu lumbung, ia kurang hati-hati, pintu lumbung tetap terbuka. Keadaan ini menyebabkan semua belalang terbang ke luar. 

Sementara itu ayahnya pulang berburu. Sang ayah kelihatan amat kesal dan lelah. Ia tidak memperoleh rusa buruan. Kemarahannya menjadi bertambah besar ketika ia mengetahui dari istrinya bahwa semua belalang di lumbung telah terbang. Kekesalannya pun bertambah pula bila diingatnya betapa lamanya ia telah mengumpulkan belalang-belalang itu. Kini semuanya lenyap dalam tempo sekejap saja. Dalam keadaan lupa diri itu, si ayah memukul istrinya sampai babak belur. Kemudian ia menyeretnya ke luar rumah.

Sambil merintih kesakitan. sang ibu pergi meninggalkan rumahnya. Dalam keputus asaan ia menuju ke Atu Belah yang selalu menerima dan menelan siapa saja yang bersedia ditelannya. Niat semacam ini dapat terkabul jika ia menjangin, yaitu mengucapkan kata-kata sambil bernyanyi dalam bahasa Gayo sebagai berikut:
"Atu belah, atu bertangkup nge sawah pejaying te masa dahulu. " Artinya: Batu Belah, batu bertangkup, sudah tiba janji kita masa lalu. 

Kata-kata itu dinyanyikan berkali-kali secara lembut oleh ibu yang malang itu. Sementara itu si ibu menuju ke Atu Belah, kedua anaknya terus mengikutinya sambil menangis dari kejauhan. Yang besar menggendong adiknya yang masih kecil.

Akhirnya apa yang terjadi? Lambat-lambat tetapi pasti bagian batu yang terbelah itu terbuka. Tanpa ragu-ragu lagi si ibu masuk ke dalam mulut batu. Sedikit demi sedikit tubuhnya ditelan oleh Batu Besar setelah ia berulang kali menyanyikan kalimat yang bertuah itu.

Pada waktu kedua kakak beradik itu tiba di sana. Keadaan alam di sekitarnya amat buruk. Hujan turun  deras disertai angin ribut. Bumi terasa bergetar karena sedang menyaksikan Atu Belah menelan manusia. Setelah semua reda, dengan hati hancur luluh kedua kakak beradik itu hanya dapat melihat rambut ibunya yang tidak tertelan Atu Belah. Kemudian anak sulungnya mencabut tujuh helai rambut ibunya untuk dijadikan jimat pelindung mereka berdua.

0 comments:

Post a Comment